"Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub" (Kejadian 25: 28).
Saya telah jelaskan bahwa kita memiliki sekitar 9.000 pengecap di lidah kita yang tampaknya “disetel” untuk salah satu dari lima rasa yang berbeda. Kelompok rasa itu adalah asin, asam, manis, pahit, dan umami. Tunggu! Anda katakan? U apa? Apakah umami itu? Ini adalah rasa gurih di danging dan produk yang matang atau difermentasi seperti keju atau saus kacang kedelai. Jamur juga memiliki umami.
Pada tahun 2002, ilmu pengetahuan secara resmi telah menambahkannya dalam daftar bahwa rasa itu dipercaya ada dan dapat diditeksi. Saya tahu bahwa rasa manis, asin, dan asam adalah standar dari awal. Kemudian ribuan tahun yang lalu filsuf Yunani, Leucippus, dan Democritus muridnya, menambahkan rasa pahit bagi pengecap lidah. Jadi menambahkan umami pada tahun 2002 tampaknya menjadi kemajuan yang signifikan dalam pemahaman kita tentang sesuatu yang mendasar bagi rasa. Umami adalah kata Jepang untuk "yummy" atau “lezat.” Penjelasan lainnya adalah “rasa daging” atau “gurih.”
Pada tahun 1908. Kikunae Ikeda, seorang ahli kimia Jepang, mengidentifikasikan L-glutamat sebagai bahan pelezat di dashi atau sup Jepang yang terbuat dari rumput laut. Rasa dashi yang enak dan ekstrak rumput laut popular dalam masakan Asia itu mirip dengan haute cuisine, sejenis makanan dengan rasa yang paling terkenal di dunia yang diciptakan oleh Auguste Escoffier, koki Perancis legendaries dan rekan zamannya Ikeda. Escoffier sangat baik ketika menunjukkan kreasinya yang lezat dan jurnalisme Perancis menyebutnya “raja koki dan koki raja."
Setelah mengindentifikasi L-glutamat sebagai jantung dan jiwa umami, Ikeda melanjutkan untuk menciptakan monosodium glutamat (MSG), dipatenkan pada tahun 1909 oleh perusahaan Jepang yang bahkan hari ini mengkhususkan diri dalam memproduksi MSG. sebuah laporan dari American Journal of Clinical Nutrition mencatat bahwa produksi MSG dunia tahun 2009 adalah 2 miliar kilogram dan terus meningkat. Ternyata perlu perhatian dan upaya untuk meningkatkan bumbu dan cita rasa. Tampak bagi saya bahwa saya bahwa Tuhan menciptakan makanan sehat dan bergizi dengan asam amino glutamin dan kemudian memberi pengecap di lidah kita yang memberikan sensasi menyenangkan dan memberitahu kita makanan apa yang baik. Saya berterima kasih kepada Tuhan karena memberikan detector yang baik dan sehat. Saya sering bertanya tanya apakah yang Tuhan pikirkan ketika kita membubuhi sinyal itu dengan makanan olahan. Bukankah otak kita akan keliru dan menipu tubuh kita yang tetap membutuhkan hal-hal yang baik? Bagaimanakah menurut Anda?
Tuhan, di zaman kami di mana makanan olahan terlalu direkomendasikan dan dipasarkan, bantulah saya untuk membuat pilihan yang bijaksana dan sehat. Ingatkan saya kembali bahwa tubuh saya adalah bait-Mu.
0 komentar :
Post a Comment