"Kita harus menghormati firman Allah. Terhadap buku yang tercetak itu kita harus menunjukkan penghormatan, jangan sekali-kali menggunakannya secara umum, atau memegangnya dengan tidak hati-hati. Dan jangan sekali-kali Alkitab dikutip untuk lelucon atau kelakar, atau menafsirkannya untuk menunjukkan perkataan jenaka. ‘Semua firman Allah adalah murni;' 'bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah’ (Ams. 30:5; Mzm. 12:7)." - Ellen G. White, Membina Pendidikan Sejati, hlm. 228, 229. “Perkataan yang pertama yang diucapkan Kristus di atas bukit itu adalah kata bahagia. Berbahagialah mereka, kata-Nya, yang merasa dirinya miskin rohani dan yang merasa perlu akan keselamatannya. Injil itu harus disebarkan kepada orang miskin. Bukan menyombongkan kerohanian, mereka yang mengaku dirinya kaya dan yang tidak memerlukan pertolongan, melainkan bagi mereka yang rendah hati dan yang menyesal....
Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk memulihkan manusia sampai manusia itu mengakui kelemahannya, dan mengukir segala kesombongan diri, dan menyerahkan dirinya ke bawah pengawasan Tuhan. Kemudian barulah ia dapat menerima pemberian Allah yang sudah siap untuk dicurahkan. Dari jiwa yang merasakan kebutuhannya, tidak ada yang ditahankan. Ia tidak dihalangi datang kepada Dia di dalam siapa berdiam segala kesempurnaan.” - Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 319.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Pikirkan rencana keselamatan dan apa yang diperlukan untuk menyelamatkan kita. Artinya, kita begitu jatuh, begitu korup, begitu jahat, bahwa regenerasi saja tidak akan cukup untuk menebus kita dari dosa. Tidak peduli berapa banyak kita diubahkan dan dipulihkan, bahwa regenerasi dan pemulihan tidak dapat menyelamatkan kita. Kita butuh pengganti, seseorang yang secara hukum berdiri di tempat kita dan kebenarannya saja sudah cukup untuk membuat kita benar di hadapan Allah. Apakah yang realitas ini sendiri seharusnya nyatakan kepada kita tentang mengapa kesombongan dan kebanggaan pasti menjadi beberapa dosa terburuk dalam makhluk-makhluk berdosa seperti kita?
2. Apakah beberapa cara berbeda tentang keberadaan kita bergantung pada Allah? Apakah hal-hal di alam itu sendiri yang menunjukkan kepada kita bagaimana Allah menopang keberadaan kita?
3. Pikirkan lebih lanjut doa dalam Amsal 30:7-9. Lihatlah keseimbangan di sana. Bagaimanakah kita menemukan keseimbangan dalam semua yang kita lakukan? Mengapakah ini sangat penting?
0 komentar :
Post a Comment