Orang Bodoh seperti Orang Berhikmat
Meskipun bukan sebuah pemalsuan yang baru, (khususnya di dunia Barat) sebuah gagasan telah mengakar beberapa tahun yang mengusulkan sifat relatif kebenaran. Yaitu, apa yang benar bagi seseorang, atau satu budaya, mungkin tidak benar bagi yang lain. Sementara di satu tingkatan ini Selalu-benar (beberapa tempat mengemudi pada sisi sebelah kanan jalan, yang lain pada sisi kiri), pada yang lain itu adalah sebuah kesalahan yang berbahaya, khususnya di bidang moral. Beberapa hal adalah benar dan yang lain adalah salah, terlepas di mana kita hidup atau pilihan pribadi kita. Pada akhirnya kita harus selalu menyerahkan pandangan-pandangan kita kepada Firman Allah dan kebenaran-kebenaran ditemukan di sana. Firman Allah harus menjadi sumber utama kita untuk mengetahui benar dan salah, baik dan jahat.
Bacalah Amsal 26: 11,12. (Lihat juga Hak. 21:25; 1 Kor. 1:20, 21; 2:6, 7; 2 Kor. 1:12). Apakah yang kita semua tidak boleh lakukan?
Sebagaimana kita bisa lihat, gagasan melakukan apa yang benar dalam pemandangan seseorang ini bukanlah hal baru. Namun itu bisa saja sudah salah untuk sekarang. Sebagaimana kita sudah lihat, tidak ada seorang pun dari antara kita memahami segalanya; kenyataannya, kita sepenuhnya tidak mengerti apa pun. Kita semua memiliki area di mana kita perlu untuk bertumbuh dan belajar, jadi kita harus selalu terbuka pada fakta bahwa kita tidak memiliki semua jawaban. Dalam kasus orang bodoh, sebagaimana terlihat dalam amsal, alasan untuk diperhatikan adalah pengaruh kebodohan mereka akan melampaui diri mereka sendiri Mereka sekarang lebih yakin daripada sebelumnya terhadap hikmat mereka; oleh karena ltu mereka akan mengulangi kebodohan mereka. Mereka bahkan begitu yakin bahwa orang lain akan berpikir bahwa mereka orang berhikmat, akan menghormati mereka, dan meminta nasihat mereka, yang dapat menuntun kepada masalah besar (Ams. 26:8). Kebodohan akan menyebar, tetapi diberi label “hikmat,” itu dapat menjadi lebih merusak. Selanjutnya, orang-orang bodoh begitu bodoh hingga mereka tidak menyadari kebodohan mereka.
Seberapa seringkah Anda tergoda untuk berkompromi pada apa yang Anda tahu sebagai nilai-nilai inti, kebenaran inti? Namun, apakah yang terjadi ketika nilai-nilai inti tertentu bertabrakan? Bagaimanakah kita bisa tahu mana yang mengungguli yang lain?
Bacalah Amsal 26: 11,12. (Lihat juga Hak. 21:25; 1 Kor. 1:20, 21; 2:6, 7; 2 Kor. 1:12). Apakah yang kita semua tidak boleh lakukan?
Sebagaimana kita bisa lihat, gagasan melakukan apa yang benar dalam pemandangan seseorang ini bukanlah hal baru. Namun itu bisa saja sudah salah untuk sekarang. Sebagaimana kita sudah lihat, tidak ada seorang pun dari antara kita memahami segalanya; kenyataannya, kita sepenuhnya tidak mengerti apa pun. Kita semua memiliki area di mana kita perlu untuk bertumbuh dan belajar, jadi kita harus selalu terbuka pada fakta bahwa kita tidak memiliki semua jawaban. Dalam kasus orang bodoh, sebagaimana terlihat dalam amsal, alasan untuk diperhatikan adalah pengaruh kebodohan mereka akan melampaui diri mereka sendiri Mereka sekarang lebih yakin daripada sebelumnya terhadap hikmat mereka; oleh karena ltu mereka akan mengulangi kebodohan mereka. Mereka bahkan begitu yakin bahwa orang lain akan berpikir bahwa mereka orang berhikmat, akan menghormati mereka, dan meminta nasihat mereka, yang dapat menuntun kepada masalah besar (Ams. 26:8). Kebodohan akan menyebar, tetapi diberi label “hikmat,” itu dapat menjadi lebih merusak. Selanjutnya, orang-orang bodoh begitu bodoh hingga mereka tidak menyadari kebodohan mereka.
Seberapa seringkah Anda tergoda untuk berkompromi pada apa yang Anda tahu sebagai nilai-nilai inti, kebenaran inti? Namun, apakah yang terjadi ketika nilai-nilai inti tertentu bertabrakan? Bagaimanakah kita bisa tahu mana yang mengungguli yang lain?
0 komentar :
Post a Comment