"Menamai Dia Yesus"
Kelahiran Yesus Kristus bukanlah peristiwa normal. Hal itu telah ditandai dalam kalender Allah yang kekal, dan "setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan" (Gal. 4:4). Ini adalah penggenapan janji Allah yang pertama dibuat setelah masuknya dosa di Eden (Kej. 3:15)
Bacalah pasangan ayat-ayat berikut ini. Pada masing-masing pasangan, bagaimanakah kelahiran Yesus telah menjadi penggenapan nubuatan yang menakjubkan? Apakah yang hai ini katakan pada kita tentang mengapa kita harus belajar percaya pada semua janji-janji Allah? Ul. 18:15; Kis. 3:22-24; Yes. 7:14; Mat. 1:22, 23; Mi. 5:2; Luk. 2:4-7.
Enam bulan setelah Gabriel memberitakan kepada Zakharia kelahiran Yohanes. ia memberitakan kepada Maria dari Nazareth sebuah mukjizat yang lebih besar: bahwa seorang perawan akan "mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus" (Lukas 1:31). Kelahiran Yesus dari seorang perawan bertentangan dengan semua yang bersifat alami, dan tidak dapat dijelaskan oleh ilmu alam atau filsafat naturalistik. Bahkan Maria sendiri memiliki pertanyaan: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (ayat 34). Malaikat itu meyakinkannya bahwa ini adalah hasil karya Roh Kudus (ayat 35), dan "bagi Allah tidak ada yang mustahil" (ayat 37).
Penyerahan diri yang langsung dan imannya Maria adalah luar biasa: "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu "(ayat 38). Setiap pertanyaan manusia, tidak peduli seberapa alami atau logis, harus memberikan tempat kepada jawaban Ilahi. Baik Penciptaan ataupun Penyaliban. Penjelmaan ataupun Kebangkitan, hujan manna ataupun kecurahan pada hari Pentakosta-inisiatif Ilahi menuntut penyerahan diri dan penerimaan manusia. Ketika Maria menjawab pertanyaannya sendiri dengan tunduk dan menyerahkan diri kepada kedaulatan dan kekalnya tujuan Allah, Gabriel meyakinkannya dengan sebuah jawaban lain yang agung: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab ilu anak yang akan kaulahir- kan itu akan disebut kudus. Anak Allah" (ayat 35).
Beberapa budaya sekular telah terintimidasi untuk percaya bahwa segala sesuatu, pada akhirnya, memiliki penjelasan naturalistik dan ilmiah. Mengapakah pandangan ini sepertinya sempit, bahkan dangkal, tentang keagungan dan kebesaran dunia nyata?
0 komentar :
Post a Comment