Bacalah Amsal 30:1-3, 32, 33. Bersama-sama, apakah yang ayat-ayat ini sampaikan?
Penyangkalan diri yang terlihat dalam ayat-ayat tersebut sungguh-sungguh sebuah terobosan dari kebiasaan meninggikan diri raja-raja Timur Dekat kuno, yang sering suka menyombongkan hikmat mereka, prestasi-prestasi, dan kemenangan militer. Salomo sendiri dicatat melebihi “semua raja di bumi dalam kekayaan dan hikmat" (1 Raj. 10:23; Pkh. 2:9).
Dan kemudian, tentu saja, ada Nebukadnezar, yang menyatakan: "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?” (Dan. 4:30). Karena penulis kita memahami kebodohannya sendiri, ia menyebut membual itu "bodoh." Kata Ibrani untuk "bodoh" di sini adalah nabal, yang adalah nama dari Nabal, yang perilakunya menunjukkan kesombongan yang bodoh juga (1 Sam. 25). Membual seperti itu, yang menyiratkan kesombongan, juga membawa potensi untuk penghinaan dan dengan demikian, menimbulkan amarah dan perselisihan.
Rasul Paulus juga menyebut beberapa anggota jemaatnya “bodoh” yang menganggap diri mereka sendiri berhikmat dan, bahkan lebih buruk, membual hal itu (2 Kor. 11:18, 19). Bacalah Lukas 19:9-14. Mengapa lebih mudah menjadi seperti orang Farisi daripada yang orang mungkin pikirkan? Bagaimanakah kita bisa merasa pasti bahwa kita tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama bahkan dalam cara yang paling halus? Anda harus merasa kasihan terhadap orang-orang yang membual (biasanya itu untuk menutupi rasa tidak aman); itu menunjukkan betapa menipu diri sendiri dan bebalnya mereka.
0 komentar :
Post a Comment