PERKATAAN TERAKHIR

"Dibuka-Nya gunung batu, maka terpancarlah air, lalu mengalir di padang-padang kering seperti sungai; sebab Ia ingat akan Firman-Nya yang kudus, akan Abraham, hamba-Nya. Dituntun-Nya umat-Nya keluar dengan kegirangan dan orang-orang pilihan-Nya dengan sorak—sorai" (Mazmur 105:41-43).

     Musa yang malang. Selama 40 tahun yang meletihkan dia telah menjadi penjaga dan pemimpin satu jemaat terdiri dari anak-anak yang sudah dewasa. Selama 40 tahun ia telah memohon kepada Tuhan agar memberikan satulagi kesempatan bagi bangsa itu—"jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kau tulis" untuk menggantikan mereka (Kel. 32:32). 
 
     Dan kini di perbatasan Tanah Perjanjian, sang pemimpin kehilangan itu, luluh, dan dalam satu kilat mendengar kalimat Ilahi“ Engkau tidak akan menyeberang."Satu kali lagi untuk terakhir Musa berdiri di hadapan bangsanya. Dengan tangan terulur di hadapan lautan wajah itu, perkataannya yang terakhir adalah satu janji yang tak terlupakan bagi umat pilihan pada segala usia: “Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu. Sebab itu musuhmu akan tunduk menjilat kepadamu, dan engkau akan berjejak di bukit-bukit mereka!" (Ul. 33:29). 
 
     Dan kemudian hamba Allah itu perlahan berpaling dari semua yang selama ini telah menjadi kehidupannya dan kini sendirian memulai perjalanannya naik ke atas gunungnya yang terakhir. Di atas puncak Gunung Nebo itu Tuhan memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu, kemudian Musa mati dan Allah menguburkan dia, "tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini" (lihat Ul. 34:1-6) tidak seorang pun, kecuali Allah. Suatu hari pada saluran sejarah surga, saya ingin menyaksikan pertunjukan ulang Ilahi tentang momen yang mengharukan dari Yudas 9, ketika Kemurahan datang memanggil dari takhta alam semesta.
 
      Tinggi di atas sisa-sisa debu sahabat-sahabat-Nya yang setia dan telah diampuni, di sanalah Dia, jelmaan Kristus, berjubahkan cahaya putih kekekalan yang menyala-nyala. Ia mengangkat tangan-Nya Para malaikat yang menyertai Dia dan Lusifer bersama iblis-iblisnya yang telah sia—sia melawan Dia, semua memandang dengan mata terbelalak karena tidak seorang pun dalam sejarah galaktik menyaksikan apa yang akan terjadi. Seruan kemenangan terdengar: 
 
       "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati" (1 Kor. 15:52), di hadapan alam semesta yang terpesona, debu-debu di puncak gunung bertebaran, dan tiba-tiba Musa ada! Dan dalam kehebohan sementara Kristus dan sahabat—Nya itu berangkulan, alam semesta tunduk dalam kekaguman di hadapan kebenaran yang gemilang bahwa kematian sekalipun tidak akan menjauhkan umat pilihan dari Tanah Perjanjian!
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan