Perluas Pandangan Saya
Saya tidak pernah bermaksud menjadi orang Kristen. Saya bertemu Tuhan saat sementara mendaftar di sekolah pemerintah berasrama. Sebenarnya, saya bertemu dengan seorang gadis yang saya ingin untuk berkencan. Saya mendapatkan keberanian pergi mengajaknya, lalu saya ke ruangan belajar merayu dia agar berkencan dengan saya. Saya tahu dia adalah seorang Kristen, tapi hal itu tidak mengganggu saya. Ketika saya memasuki ruangan, saya menemukan dia membaca pamflet. Saya duduk di sampingnya dan bertanya apa yang dia baca. Dia menawarkan saya salah satu pamflet, dan saya berpura-pura membacanya hanya untuk membuatnya terkesan. Ketika saya memintanya untuk kencan, dengan lembut dia menolak, tetapi meminta saya untuk membawa pamflet itu. Malam itu saya duduk dan membacanya. Itu adalah pelajaran Suara Nubuat tentang neraka, dan saya khawatir. Saya hampir tidak tidur malam itu.
Saya sering bermasalah karena sering melanggar peraturan sekolah. Pada Sabtu pagi, sehari setelah saya meminta gadis ini untuk berkencan, saya pergi ke gedung administrasi untuk melihat apakah saya melanggar aturan apa pun pekan itu dan telah ditugaskan dalam pekerjaan di kampus.
Sebuah Undangan
Ketika saya sedang membaca sebuah daftar, seseorang datang di samping saya dan mengundang saya untuk datang ke kebaktian bersama dia di auditorium. Saya tidak tertarik pada agama, tapi untuk beberapa alasan, saya menerima undangan itu. Kami berjalan ke auditorium kampus. Sedikit saja yang saya tahu bahwa gadis yang saya minta berkencan hari sebelumnya adalah Advent.
Saya punya dua dolar di saku sehingga saya berencana untuk menggunakan uang itu untuk mabuk-mabukan pada Sabtu malam. Tapi ketika pundi-pundi persembahan dijalankan, saya terkejut sendiri saat memberikan 2 dolar ke dalamnya. Kemudian saya menyadari bahwa tindakan ini menyelamatkan saya dari mabuk-mabukan di akhir pekan.
Sementara saya tidak bisa menerima undangan untuk mehghadiri gereja hanya karena gadis yang saya ingin berkencan sehingga saya hadir, tetapi saya sangat senang ketika saya melihat dia di sana. Dia ramah kepada saya dan membantu saya merasa diterima dalam ibadah gereja. Tapi dia tetap tidak mau pergi berkencan dengan saya.
Dari hari pertama saya menghadiri gereja, saya memutuskan untuk berhenti merokok dan minum minuman keras. Terima kasih Tuhan, saya tidak pernah merokok atau minum minuman keras lagi. Ketika saya memisahkan diri dari teman-teman lama, mereka memberi saya kesulitan untuk minat pada agama baru saya. Mereka meminta saya pergi minum bersama mereka, dan melakukan segala yang mereka bisa untuk mendapatkan saya kembali. Tapi saya menolak. Saya memiliki teman-teman baru di gereja. Beberapa bulan kemudian saya memberikan hidup saya kepada Kristus dan mengikuti Dia melalui baptisan. Saya berusia 17 tahun saat itu.
Sebuah Realisasi Seadanya
Setelah menyelesaikan SMA,
saya bekerja sebagai penginjil literatur selama tiga tahun. Suatu hari saya mengunjungi rumah sakit, dan di sana saya melihat seseorang yang tampak saya kenal. Saya hampir tidak mengenalinya, tapi dia adalah salah satu mantan teman minum saya, teman masa kecilku. Dia sedang sekarat menderita TB dan AIDS. Saya menatapnya kaget saat ia berbaring di sana tidak sadarkan diri. Sudah sangat terlambat bagi saya untuk membagikan Kristus kepada dia, tapi saya tidak bisa hilang kesadaran bahwa jika saya menolak panggilan Tuhan, bisa saja saya terbaring di sana. Mantan teman saya itu meninggal beberapa hari kemudian. Pengalaman ini memperdalam keyakinan saya bahwa saya harus menjawab panggilan Allah kapan pun dan di mana pun panggilan itu datang. Untuk menundanya bisa berarti kematian.
Saya berencana untuk menjadi penginjil literatur selama sisa hidup saya. Setelah semuanya, saya dipengaruhi oleh halaman cetak untuk menerima Kristus. Tapi kantor konferens setempat menelepon saya untuk menjadi pendeta untuk tiga gereja. Saya tidak memiliki pelatihan sebagai pendeta, dan tidak pernah berpikir untuk melakukan pekerjaan semacam ini. Saya berjuang untuk memutuskan apakah akan menerima telepon ini, karena itu tidak dalam tujuan sebagaimana saya pikir Tuhan telah memimpin saya. Namun demikian, saya akhirnya menerima panggilan itu.
Setelah saya dalam pelayanan selama beberapa tahun, konferens mensponsori saya untuk belajar di Solusi University di Zimbabwe. Selama liburan sekolah saya mengadakan KKR di mana pun seseorang meminta saya untuk pergi. Saya mau Firman Tuhan tersebar, dan banyak lagi undangan datang. Saya menemukan bahwa ini adalah sesuatu yang saya suka lakukan.
Jangan Batasi Tuhan
Selama penginjilan sekolah lapangan pembicara menantang kami untuk memperluas visi kami tentang bagaimana Allah dapat memakai kami. "Jangan membatasi diri," katanya, "dan jangan membatasi Allah." Kata-kata pembicara menantang saya. Tapi bagaimana saya bisa memperluas visi saya tentang apa yang Allah harapkan dari saya? Dia sudah melakukan jauh lebih banyak daripada yang mungkin saya pernah pikirkan!
Beberapa bulan kemudian saya menerima panggilan untuk mengadakan KKR di Afrika Selatan. Saya
melihat kalender dan menyadari bahwa tanggal yang mereka berikan adalah tanggal ujian akhir saya. Karena doa saya kepada Tuhan untuk memperluas wilayah saya, saya tidak memberitahu orang-orang di Afrika Selatan dilema saya, tapi saya berpuasa dan berdoa bahwa Allah akan memungkinkan bagi saya untuk pergi. Saya percaya Tuhan akan membuka jalan. Saya tahu bahwa tanggal untuk KKR tidak berubah, dan saya tahu saya tidak bisa mengubah jadwal ujian saya. Tuhan mulai bekerja atas nama saya, akhirnya saya tahu bahwa semua ujian telah pindah seminggu!
KKR itu diberkati. Sembilan belas orang memberikan hidup mereka kepada Allah. Tentunya Allah telah meningkatkan wilayah : saya, memperbesar visi saya, dan membuat orang berdosa yang tidak berharga menjadi instrumen bagi kuasa Allah. Saya menyelesaikan kuliah saya di Solusi dan sekarang melayani sebagai pendeta di Zambia.
0 komentar :
Post a Comment