Karunia
"Segala orang yang ahli di antara kamu haruslah datang untuk membuat segala yang diperintahkan TUHAN" (Keluaran 35: 10).
Dia seorang mahasiswa di salah satu mata kuliah pertama yang saya pernah ajarkan di perguruan tinggi. Saat itu, saya baru menyelesaikan pascasarjana dengan gelar baru dan masih memiliki tinta tanda tangan yang baru kering. Ternyata, ia tidak belajar banyak dari saya, namun saya mendapatkan banyak pelajaran darinya. Saya bersyukur untuk pelajaran itu, yang secara mendalam membentuk karier saya sebagai dosen.
Bahunya bidang, rambut panjang dan acak-acakan, kacamata tebal, gigi tonggos, dan wajah berjerawat mungkin berkontribusi terhadap kecanggungan sosialnya, sikapnya bersahaja. Dia jarang berbicara. Ketika dia berbicara, suaranya serak, tidak jelas, terlalu berhati-hati. Pakaiannya, meskipun bersih, tidak serasi dan tidak pas. Sama seperti gaya berjalan unta yang sudah tua, gaya berjalannya berat, kepala selalu mengangguk-angguk. Selama belajar, interaksi kami hanya Sedikit. Seperti banyak mahasiswa yang mengambil pelajaran biologi, ia menemukan materi yang sulit, jika tidak berlebihan. Meskipun itu adalah salah satu bidang studi umum untuk memenuhi persyaratan pendidikan umum, ia berada dalam kesulitan. Kami berdua tahu itu. Tetapi kami berdua melakukan yang terbaik. Dia mengakhiri semester dengan nilai rendah namun setidaknya lulus dan tidak akan mengulangnya lagi. Pada saat itu saya berjuang untuk menemukan banyak hal positif untuk mengatakan jika saya harus menulis rekomendasi untuknya.
Lalu hal itu terjadi. Saya tidak mengingat apa yang membawa saya ke gereja yang berbeda. Tetapi dia ada di sana, duduk di bangku organ pipa besar, mengintip melalui kacamatanya yang tebal, tangan dan kaki bergerak naik dan turun pada tuts dan pedal dengan kemudahan yang menakjubkan. Ekspresi wajahnya, total fokus untuk menghasilkan musik, menunjukkan bahwa ia merasakan hal itu, baik tubuh,pikiran, maupun semangatnya. Musik surgawi berasal dari jajaran pipa yang mengangkat saya ke surga. Seusai kebaktian, saya berkesempatan menemui mantan mahasiswa saya itu. Saat ini tampak ketenangan dan keyakinannya begitu jelas dan saya bertanya-tanya apakah dia orang yang sama.
Selama kuliah saya tahu bahwa mahasiswa yang kurus ini, yang canggung secara sosial tidak hanya membuat musik namun sebenarnya membangun, memasang, dan menyetel organ pipa ketika dia tidak berada di sekolah untuk mendapatkan gelar. Sementara saya mengasah talenta saya dengan mengajarkan struktur dan fungsi pohon, ia bisa mengambil kayunya, membuatnya menjadi pipa, kunci, pedal, dan penium, dan menghasilkan suara musik untuk memuji sang Pencipta.
Tuhan, maafkan saya karena begitu cepat melupakan dan mengategorikan orang lain. Biarlah saya melihat orang lain sebagaimana yang Engkau lakukan, dan mensyukuri karunia yang Engkau berikan.
0 komentar :
Post a Comment