Malaikat yang Enggan

     Jagana duduk di kursinya seperti biasa di gereja Advent. Penyembahan kepada Tuhan pernah mengisi dirinya dengan sukacita.Tapi kadang-kadang selama tahun-tahun sibuk di universitas ia kehilangan hubungan dengan Allah. Dia masih mencintai Allah dan masih percaya kepada-Nya.Tapi dia merasa bahwa dia tidak lagi hidup menghormati Kristus. Gereja akan lebih baik tanpa aku, pikirnya. Demi semua yang aku cinta, aku harus pergi. Jagana telah berusah keras untuk belajar dengan baik di sekolah; ia memiliki nilai yang tinggi dan memandang ke depan untuk lulus dengan penghargaan. Dia telah begitu sibuk belajar untuk gelar tetapi dia tidak menyadari bahwa dia kehilangan hubungan dengan Yesus. Dia berpikir kembali pada saat ia pertama kali bertemu Yesus. 
     Dia belajar bahasa Inggris dengan beberapa orang muda Advent. Jika orangtuanya tahu bahwa ia telah menjadi seorang Kristen, mereka akan keberatan. Yesus menjadi lebih berharga dari apa pun dalam hidupnya. Tapi ketika dia masuk universitas, cahaya keberhasilan menarik matanya dari Juruselamat, dan perlahan-lahan ia melayang jauh dari Allah. Ibadah telah menjadi rutinitas. Saat ia duduk di gereja pada hari Sabat, pikirnya, ini adalah kebaktian terakhir saya. Lebih baik untuk pergi daripada hidup dalam kebohongan. Tapi Tuhan punya rencana lain untuk Jagana. 
     Malaikat Emas Telepon Jagana malam itu berdering."Jagana, saya punya kabar baik untuk Anda!" Suara familiar Pendeta Joshua menghiburnya. "Anda telah dipilih untuk menjadi bagian dari Malaikat Emas!" Jagana tertegun. Sejak ia pertama kali mendengar Malaikat Emas bernyanyi, ia ingin menjadi bagian dari kelompok ini yang memilih penyanyi dari pemuda Advent. Mereka melakukan perjalanan di seluruh Asia utara melayani Allah selama satu tahun. "Ti-tidak, Pendeta,"Jagana tergagap. "Aku tidak bisa." Dia cepat menyebutkan alasannya."Saya hampir Iulus; saya akan kehilangan beasiswa saya jika saya mengambil satu tahun untuk berhenti sekolah. Saya tidak bisa menyanyi cukup baik untuk menjadi anggota Malaikat Emas." 
     Jagana berterimakasih kepada pendeta favoritnya dan mengucapkan selamat tinggal. Dia tidak menyebutkap bahwa dia sedang sekarat rohani. Pendeta Joshua menelepon lagi beberapa hari kemudian dan kembali mengundang Jagana untuk bergabung dengan Malaikat Emas. Sekali lagi dia katakan tidak. Pendeta Joshua memanggil kembali untuk ketiga kalinya.Tapi sebelum ia bisa menjawab, dia berkata, "Jagana, berhenti mengatakan tidak., Berdoalah tentang hal itu selama 24jam." Jagana setuju untuk berdoa. Tapi dalam pikirannya ia membacakan semua alasan mengapa dia tidak bisa bergabung dengan Malaikat Emas. Bulu Domba Dia berdoa seperti yang dia janjikan. "Tuhan, saya pikir Engkau bijaksana; saya pikir Engkau tahu segalanya. Bagaimanakah mungkin Engkau memilih saya untuk menjadi Malaikat Emas? Tapi. . .jika Engkau benar-benar ingin saya melakukan hal ini, beri saya tanda. Biarkan orangtua saya dan guru saya setuju untuk itu. Lalu saya akan tahu bahwa Engkau ingin saya pergi! Jagana tersenyum. Dia yakin bahwa orang tuanya akan marah, dan profesornya tidak akan pernah setuju untuk membiarkan dia meninggalkan sekolah. Karena patuh dia menelepon orangtuanya untuk memberitahu mereka tentang tawaran tersebut, "Tanyakan ayahmu," kata ibunya, dan ibunya memberi telepon kepada ayah Jagana itu. "Tanyakan gurumu" kata ayahnya. 
    Jika mereka setuju, itu okey! Tertegun dengan jawaban ayahnya, Jagana menutup telepon. Meskipun profesor utamanya adalah seorang Kristen, ia tahu ia tidak memercayai agama dan tidak akan setuju untuk mengizinkan dia untuk cuti setahun dari studinya hanya untuk menyanyi. Profesor ingin Jagana memenangkan medali untuk mahasiswa top sebanyak yang dia inginkan.Tapi ketika dia bercerita tentang Malaikat Emas, ia berkata, "Selamat! Pergi saja!" Sementara Jagana menunggu panggilan telepon Pendeta Joshua malam itu, ia bertanya-tanya apa yang harus saya katakan padanya. Lalu ia menyadari bahwa Tuhan memanggilnya untuk melayani-Nya. Dia masih mencintai saya, dia menyadari. Dia masih menginginkan saya. Sukacita Melayani Tuhan Jagana menarik diri dari sekolah dan bergabung bersama Malaikat Emas. Dia bukan seorang penyanyi yang terlatih, dan dia berjuang melalui latihan-latihan yang sulit. Dia merasa Tuhan membantunya untuk menyanyi di luar kemampuannya. 
     Sementara kelompok memulaikan pelayanannya, Jagana melihat bagaimana Tuhan menggunakan Malaikat Emas untuk membangun kembali imannya. Dan selama seri penginjilan di Mongolia, ibu Jagana memberikan hidupnya untuk Tuhan."Tuhan telah menunjukkan kepada saya bahwa Dia mengasihi saya dan tidak akan pernah meninggalkan saya katanya. "Saya senang bahwa Dia mencari saya pada waktu saya sungguh berencana untuk meninggalkan-Nya." Jagana menyelesaikan studinya dan mengajar di Sekolah Dasar Advent di Mongolia. Dia menemukan sukacita terbesarnya dalam menjangkau keluarga dan teman-teman dan murid-muridnya untuk memperkenalkan mereka kepada Juruselamatnya yang indah. Mongolia adalah Daerah Misi yang masih muda. Orang-orang percaya pertama dibaptis lebih sedikit dari 20 tahun yang lalu. Persembahan misi kita akan membantu menyediakan perpustakaan di SD Advent di Mongolia. Terimakasih telah memberi.

2 komentar :

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan