YESUS PADA AGAMA YANG BENAR

“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan arang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang ” (Matius 15-18-20).

Bagian kedua konflik mengenai kenajisan terjadi sewaktu Yesus meninggalkan orang-orang Farisi dan lebih dulu berbicara kepada orang banyak yang rupanya tidak turut serta dalam perselisihan, dan kemudian kepada para murid.

Dia memberitahu orang banyak bahwa kaum Farisi sesungguhnya tidak mengerti kenajisan yang sebenarnya, dan tidak memahami agama yang benar (Mat. 15:10,11). Kemudian para murid datang kepada Yesus, menunjukkan bahwa Dia sudah membuat tersinggung kaum Farisi dalam ajaran-Nya mengenai hal tersebut. Jawaban Yesus ialah bahwa mereka adalah pemimpin-pemimpin buta yang membimbing para pemimpin buta lainnya dan bahwa mengikuti mereka hanya akan berakibat bencana (ayat 12-14).

Tetapi Petrus dan kemungkinan para murid lainnya, tidak merasa puas, jadi dia memaksa Yesus memberi keterangan lebih lanjut. Rupanya ajaran mengenai acara-acara kenajisan itu sudah begitu menyebar dan meresap kedalam agama Yahudi sehingga bahkan para murid sendiri kesulitan mengerti pandangan Yesus.

Dalam ayat 16 dan 17, Dia menerangkan dalam kata-kata yang mengandung suatu kekesalan. Pada intinya Dia mengatakan, “Bagaimana kalian bisa begitu bebal? Setelah sekian lama mendengarkan Aku, kalian masih tidak bisa mengerti yang Kumaksudkan?”

Yesus melanjutkan menerangkan kepada para muridnya yang kurang cerdas itu bahwa pencemaran yang sungguh-sungguh bukanlah masalah luar saja-apa yang masuk ke dalam diri seseorang. Lebih tepat ialah yang berakar di dalam hati (keadaan batin seseorang), dari hati yang berdosa inilah keluar prilaku yang penuh dosa (ayat 17-28).

Pendeknya, agama yang benar bukanlah masalah yang tampak dari luar. Sebaliknya, agama yang benar bersumber di dalam sikap terhadap Allah dan orang lain. Bagaimana pikiran seseorang menjadi sumber bagi semua tindak-tanduk yang bersangkutan. Yesus akan lebih menerangkan secara khusus mengenai hal ini, dengan mencatat bahwa semua perintah Allah dibangun di atas agape (kasih) kepada Allah dan kepada sesama (Mat. 22:36-40).

Di dalam Matius 15 terdapat inti definisi sesungguhnya apa yang dipaparkan Yesus mengenai agama yang benar. Sangat disayangkan, begitu banyak dari kita berpusat pada satu hal yang menjadikan kita kehilangan hal yang pokok. Bilamana beberapa peraturan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan bisa saja perlu dan penting, maka semuanya itu dapat dipahami apabila hati benar.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan