RAGI SIAPA?

“Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti. Yesus berkata kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki’” (Matius 16:5, 6).

Selalu saja ada orang yang membuat masalah. Kali ini tak seorang pun membawa roti. Hal itu sangat mencemaskan para murid dan Yesus pun mengetahuinya. Jadi sementara pikiran mereka ada pada roti, Dia mem-beritahu mereka supaya berhati-hati terhadap ragi orang-orang Farisi dan Saduki, mengacu kepada gagasan-gagasan palsu mereka mengenai agama yang benar, termasuk ide-ide salah mereka mengenai kerajaan dan Mesias. Bagaimanapun mereka sedang berusaha menemukan raja di dunia yang berkuasa dan bukan seorang pelayan yang menderita. Ajaran itu, seperti yang kita lihat pada pemberian makan kepada 5.000 itu, merupakan masalah bagi para murid. Pemikiran demikian dapat dengan mudah langsung menyebar ke dalam pikiran mereka, mirip dengan ragi yang menyebar ke seluruh bagian adonan.

Tetapi pandangan mengenai fungsi Mesias itu akan segera terpecahkan ketika Yesus menjadi Domba Allah. Dia perlu mencampurkan ragi yang benar dalam pekerjaan mereka sendiri di masa depan.

Yesus mempunyai pekabaran bagi mereka, namun apa yang mereka pikirkan hanyalah perut mereka saja. Hal tersebut mencetuskan apa yang kemungkinan merupakan komentar paling kasar mengenai lambannya pikiran mereka: “Hai orang-orang yang kurang percaya! Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian?... Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan” (Mat. 16:8-11). Pada saat itu mereka akhirnya menyadari bahwa yang Dia maksudkan ragi adalah ajaran-ajaran palsu di mana hal itu dapat tumbuh dan mengisi pikiran mereka.

Satu kenyataan penting untuk diperhatikan bahwa Yesus menghubungkan kaum Farisi dan Saduki menjadi satu. Mereka adalah lawan dalam kehidupan beragama dan politik Yahudi, mempunyai keyakinan-keyakinan radikal untuk gagasan-gagasan berbeda. Tetapi pada Yesus mereka telah menemukan seorang musuh bersama yang mengancam keadaan yang sudah ada. Musuh yang kuat bisa menjadi teman aneh yang akrab. Persatuan mereka akan bertahan sampai Penyaliban.

Sementara kita merenung hari ini, kita perlu mengingat pelajaran mengenai ragi dan betapa dahsyatnya falsafah alkitabiah lain mengganggu keyakinan kita. Di atas segala-galanya, kita perlu terus memandang pada Yesus dan Firman-Nya.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan