PELAJARAN DARI KISAH IKAN
“'Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?’ Jawab Petrus: ‘Dari orang asing!’ Maka kata Yesus kepadanya: ‘Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga”’ (Matius 17:25-27).
Satu contoh lain ketikdaksiapan para murid adalah episode pajak Bait Allah. Kejadian itu merupakan suatu upaya para pemimpin Yahudi untuk menjebak Yesus dengan menciptakan suatu situasi di mana jawaban apa pun terhadap pertanyaan mereka akan menjadi masalah.
Pertanyaan “Apakah gurumu membayar payak?” membuat Petrus terperanjat karena dia tidak siap. Jawaban negatif akan memberi dalih untuk menuduh Yesus telah menolak kebaktian di Bait Allah. Petrus, yang ingin menghindari meruncingnya persoalan itu, dengan cepat menjawab bahwa Yesus akan membayar pajak yang dimaksudkan.
Tetapi jawaban yang terburu-buru itu hanya menyebabkan Petrus (dan Yesus) dihadapkan dilemma tajam lainnya. Para imam dan yang lainnya yang semata-mata hanya mengabdi dan berbakti kepada Allah dapat diberikan pengecualian membayar. Maka, Petrus secara tidak langsung menegaskan ketikdakbenaran Yesus sebagai nabi dan guru di Israel. Dengan demikian rasul yang hanya beberapa waktu sebelumnya menyatakan bahwa Yesus adalah Putra Allah dan Mesias, sekarang terperosok oleh kata-katanya sendiri dan justru membenarkan konsep mengenai Yesus yang dikemukakan oleh para pemimpin Yahudi.
Yesus melakukan yang terbaik untuk menetralkan situasi itu, memberitahu Petrus bahwa Dia dikecualikan, namun harus membayar dengan menangkap seekor ikan yang memiliki sejumlah uang yang cocok di dalam mulutnya.
Pada pandangan pertama mukjizat itu agaknya tidak sesuai dengan apa yang kita baca dalam kitab Injil dan lebih sesuai dengan keajaiban-keajaiban eksotis dari injil-injil yang diragukan kebenarannya. Tetapi kalau kita merenungkannya sejenak, maka kita dapat melihat bahwa mukjizat ikan itu dengan sejumlah uang yang cocok sekali dengan apa yang justru dibutuhkan Yesus pada saat itu. Yang pertama nyata di sini adalah bahwa kejadian tersebut secara tegas membuktikan kepada Petrus status Yesus sesungguhnya. Kedua, hampir mustahil untuk percaya bahwa murid itu berdiam tentang bagaimana mereka memeroleh uang tersebut. Ketiga, meskipun di luar Yesus untuk menaati, namun secara teknis itu bukan uang-Nya untuk membayar pajak. Dengan demikian keajaiban itu menghapus kerumitan persoalan.
Bagian yang tidak diperhatikan di dalam kejadian ini adalah bahwa Yesus berbuat demikain supaya tidak menyinggung perasaan. Pelajaran yang harus kita tangkap adalah bahwa Dia siap saat mencegah pertentangan yang tidak berguna. Betapa gereja akan menjadi tempat yang lebih baik andai semua murid mengikuti Dia dalam kebiasaan mencegah pertentangan yang tidak perlu.
0 komentar :
Post a Comment