HINDARI MENJADI PETRUS
“Dia kemudian mulai menerangkan perkara-perkara itu kepada mereka: ‘Sudah ditentukan bahwa Anak Manusia harus mengalami penderitaan, diadili, dan setelah tiga hari bangkit dan hidup kembali.’ Dia mengatakan ini dengan sederhana dan jelas supaya mereka semua dapat mendengarnya. Tetapi Petrus memprotes dan mencengkeram-Nya. Berbalik dan melihat keragu-raguan murid-murid-Nya, bertanya-tanya apa yang harus mereka percaya, Yesus menghadapi Petrus. ‘Petrus, minggir! Iblis pergilah! Kamu tidak, tahu bagaimana Allah bekerja’” (Markus 8:31-33).
Kesombongan Petrus ditegur dengan telak di hadapanya. Dia cukup bersungguh-sungguh, tetapi dia telah menyinggung bagian paling peka dalam diri Yesus. Kerasnya teguran-Nya kepada Petrus menunjukkan betapa penting kayu salib itu bagi pelayanan-Nya dan keutuhan untuk mendidik para pemimpin masa depan pada pemusatan gereja-Nya.
Pencobaan itu bukan saja datang, tetapi pencobaan itu keluar dari mulut seorang teman. Itulah kenyataan menyedihkan dari kehidupan bahwa Iblis dapat menggunakan para pengikut Yesus—bahkan para pendeta-Nya—untuk melakukan pekerjaannya sendiri.
Sebagai umat Kristen kita bukan saja berpotensi mengkhianati Yesus, teta-pi juga terhadap satu sama lain. Kita juga bisa membimbing sesama umat Kristen ke arah yang salah dan mengecilkan hati mereka untuk melaksanakan kehendak Allah dengan menasehati mereka agar menghindari semua bahaya terhadap diri mereka dan ketidaknyamanan kita. Supaya tanpa kita sadari kita tidak memainkan peran Iblis, kita perlu lebih waspada daripada Petrus.
Pengalaman Petrus mengajarkan kita pelajaran-pelajaran lain. Salah satunya adalah bahwa kita sebagai umat Kristen merupakan kumpulan yang beragam. Pada satu ketika saya bisa memiliki pengertian mendalam, lalu di kesempatan lain saya bisa menjadi alat Iblis. Dalam keadaan paling baik, kita adalah makhluk-makhluk yang mudah membuat kekeliruan karena kita sebagian dikendalikan pengetahuan dan sebagian karena kita tidak tahu apa-apa. Kita semua menginjakkan satu kaki di dalam kerajaan. Kita sudah diselamatkan dalam pengertian bahwa kita telah menerima Yesus, tetapi kenyataan yang jelas bahwa Dia masih harus banyak melakukan bagian dalam diri kita.
Satu pelajaran lain bahwa kita perlu berhati-hati untuk tidak membuang orang karena kedunguan dan kesalahan-kesalahan mereka. Yesus di hari-hari dan minggu-minggu mendatang akan memperagakan kesabaran yang hampir tiada batas dalam bekerja dengan para murid-Nya yang selalu menyimpang dan berbuat salah. Seorang penulis mengemukakan bahwa “bukan saja suatu kebodohan yang massif mencegah mereka dari mengerti,” tetapi mereka berhasil berperilaku seperti itu sampai setelah Kebangkitan. Tetapi, Yesus, tidak meninggalkan mereka sebagai suatu usaha yang sia-sia. Juruselamat kita telah mulai mengajar mereka mengenai arti menjadi Kristus. Sebagaimana Dia tidak jera dan tetap mendampingi mereka, begitu juga Dia tidak akan jera dan akan tetap mendampingi saya. Dan saya juga tidak boleh meninggalkan Anda, tetapi tetap mendampingi.
0 komentar :
Post a Comment