KE MANA LAGI SAYA HARUS PERGI?
“Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’Jawab Simon Petrus kepada-Nya: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu” (Yohanes 6:66-71).
Segala sesuatu yang baik di dunia akan berakhir cepat atau lambat. Selama beberapa waktu, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Yesus. Tak habis-habisnya mereka mendambakan-Nya. Banyak yang antusias oleh mukhjizat-mukhjizat yang dibuatNya. Yang lain datang untuk dibaptis oleh para murid-Nya - begitu banyak sehingga menjadi sesuatu yang memalukan bagi orang-orang Farisi (Yoh. 4:1-3). Yesus hampir tak dapat melepaskan diri dari serbuan orang banyak. Dan keadaan ini diperparah dengan memberi makan 5.000 orang yang ditulis dalam Yohanes 6:1-15. Pada saat itu mereka berusaha menjadikan Dia raja.
Tetapi Yesus memunyai pemikiran lain dan membubarkan orang banyak. Dan kemudian dia berbicara tentang makan daging-Nya dan meminum darah-Nya, menyatakan bahwa Dia adalah roti hidup.
Terlalu banyak. Sekarang banyak pengikut-Nya melalui memperhatikannya, sehingga “mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut dia.” Beberapa mereka mulai melihat lebih jelas arah tujuan Yesus. Bagaimanapun, kita tidak bisa menentang yang berwenang berkali-kali dan berharap tidak akan dihukum. Mereka dapat memahami bahwa Dia kelak akan mendapat bencana.
Mereka bersedia mengikuti-Nya selama banyak ikan dan roti. Berusaha mendapatkan apa yang bisa mereka peroleh dari keadaan itu, mereka mengikuti-Nya semata-mata karena alasan-alasan demi kepentingan diri mereka sendiri. Tetapi, mereka tidak tertarik mengikuti pribadi yang tidak mau untuk dinobatkan menjadi raja sewaktu hal itu ditawarkan kepada-Nya.
Dan kemudian ada bayangan-bayangan awal dari bagian gelap Yudas. Dia punya gagasannya sendiri untuk membantu Yesus bergerak ke arah yang benar menurut dia.
Berdasarkan keadaan yang berubah-ubah, Yesus bertanya kepada kedua-belas murid-Nya, apakah mereka juga akan meninggalkan Dia. Tanggapan Petrus sesuatu yang klasik: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.”
Jawaban itu telah menguatkan saya berkali-kali bila keadaan menjadi sulit dan gereja tampaknya berantakan. Seperti Petrus, saya tidak mengerti segala sesuatu, tidak bahagia dengan keadaan, dan tidak bisa melihat masa depan. Tetapi satu hal yang saya ketahui pasti: Yesus dan iman kepada-Nya lebih dapat diandalkan dibanding apa pun. Ke mana lagi saya harus pergi?
0 komentar :
Post a Comment