IMAN BERKEMBANG

“Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai.... Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.... Lalu Petrus bersemi dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.’ Kata Yesus: ‘Datanglah!’ Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus” (Matius 14:23-29).

Petrus dapat berjalan di atas air! Hebat! Lihat aku, teman-teman!

Dan pada saat itulah masalah mulai muncul. Murid Yesus yang paling suka berpetualang berjalan dengan baik diatas air selama matanya tertuju kepada Yesus. Tetapi kemudian, dengan gaya khas Petrus, dia mulai fokus pada dirinya dan betapa hebat apa yang dia lakukan. Pada saat itulah dia menyadari adanya angin dan ganasnya badai dan berjalan di atas air merupakan kemenangan dalam hidupnya mulai menakutkan. Dan tidak memakan waktu lama.

Segera setelah pandangannya berpaling dari Yesus, sumber kekuatannya, dia mulai tenggelam. Dalam ketakutan dan putus asa, dia berteriak, “Tuhan, selamatkan aku.”

Dan Dia melakukannya! Dia akan melakukannya berkali-kali di kala rasul besar itu bergumul antara iman dan keraguan. Yesus melakukan hal yang sama dalam kehidupan kita sementara kita maju dengan tertatih-tatih dalam perjalanan rohani kita. Ada hari-hari saya “dapat berjalan di atas air.” Tetapi di saat-saat lain saya dapati sedang tenggelam dengan cepat. Sesuatu yang tak pernah berubah adalah Yesus, yang siap “menyelamatkan” sewaktu kita memintanya.

Kejadian Petrus berjalan di atas air setelah Yesus menyuruh para murid-Nya pergi sesudah memberi makan 5.000 orang. Ketika Dia selesai berdoa Dia pergi menemui murid-murid-Nya, yang pada saat itu sedang bertarung mengatasi badai ganas. Di saat itulah Petrus melakukan aksinya dengan berjalan di atas air dan belajar pentingnya tetap memandang kepada Yesus.

Tetapi ada satu kebenaran lain yang lebih penting, dalam kejadian badai ini. Sewaktu Yesus dan Petrus naik ke atas perahu, badai secara ajaib berhenti dan para murid “menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah”’ (Mat. 14:33).

Itulah pertama kali para murid memberikan gelar kepada Yesus, tetapi bukan yang terakhir kali. Dan dengan setiap pengulangan pengucapan gelar itu mempunyai arti lebih besar sementara mereka semakin mengerti sepenuhnya identitas Tuhan mereka.

Pengalaman mereka mendahului pengalaman kita, ketika hari demi hari kita memeroleh pengertian yang lebih jelas mengenai Yesus yang adalah obyek ibadah kita dan sumber kekuatan kita.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan