KRISTUS YANG BERGUMUL
“Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.’Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ‘Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia’" (Matius 16:22,23).
Kejatuhan yang bukan main-main! Dari yang menjadi inspirasi Allah dalam ayat 17 sampai menjadi Iblis dalam ayat 23.
Petrus boleh saja secara benar mengidentifikasikan Yesus sebagai Allah, tetapi dia sedikit pun tidak tahu menahu apa yang tercakup di dalamnya. Dengan begitu, program pendidikan yang berat yang dimulai Yesus dalam ayat 21 bersambung sampai dengan kematian-Nya di Kalvari.
Tetapi mengapa mendapat teguran sekeras itu? Karena Petrus sudah merampas kuasa peran Iblis yang sebelumnya mencobai-Nya di padang gurun. Mereka berdua telah menyarankan bahwa Yesus dapat memenuhi misi-Nya tanpa kematian-Nya di atas kayu salib. Dan kepada mereka berdua Yesus berseru, “Enyahlah Iblis!” (Mrk. 8:33).
Kita kehilangan maknanya jika kita membayangkan bahwa Yesus mengira Petrus itu Iblis. Sebaliknya, Dia melihat Iblis berbicara melalui murid utama-Nya. Petrus sedang memainkan peran si penggoda. Dan pencobaan itu adalah pencobaan utama di dalam kehidupan Yesus. Sesungguhnya, Dia tanpa diragukan menyadari bahwa memikirkan kematian-Nya yang akan datang merupakan sesuatu yang tak disukai daripada yang dirasakan Petrus.
Yesus telah melihat berbagai “penyaliban” dalam perjalanan-Nya, dan sebagai manusia yang normal, Dia sama sekali tidak menginginkan keluar dari dunia ini melalui kematian yang menyakitkan di kayu salib. Dia tentu akan berpendapat bahwa lebih mudah menjadi Mesias yang bergerak di ajang politik bangsa Yahudi dan yang diharapkan para murid
Tetapi lebih penting lagi, Dia sama sekali tidak ingin penghakiman dunia dengan menjadikan dosa bagi seluruh umat manusia di dalam pengorbanan di Kalvari (Yoh. 12:31-33; 2 Kor. 5:21). Memikirkan perpisahan dari Allah saja sementara memikul dosa-dosa dunia di atas kayu salib sudah sangat membuat-Nya mengerikan.
Godaan untuk melakukan kehendak-Nya dengan menghindari salib adalah pencobaan terbesar dalam kehidupan Yesus. Dia telah mengalahkannya setelah memberi makan 5.000 orang ketika mereka mencoba menjadikan Dia raja, dan Dia akan menghadapinya lagi di Getsemani, di mana Dia akan berulang kali berdoa, “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42).
Sama halnya. Kita terlalu sering menggambarkan Yesus seakan-akan Dia adalah di atas masalah sehari-hari yang kita hadapi. Tidak demikian! Dia juga bergumul melalui kehidupan ini selangkah demi selangkah. Dan Dia harus melakukannya agar dapat bertelut dan luput. Begitu juga saya.
0 komentar :
Post a Comment