ARTI PEMURIDAN (BAGIAN 1)
“Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku’” (Matius 16:24).
Ketika Yesus mulai “mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan... dibunuh” (Mrk. 8:31), Dia benar-benar hanya memulai perintah-Nya, karena suatu pengertian baru mengenai kuasa penyelamatan mengharuskan sebuah sudut pandang baru mengenai pemuridan. Dan jika interprestasi yang baru mengenai Kemesiasan tidak disukai oleh Petrus dan yang lain, konsep baru mengenai pemuridan juga akan sama tidak disukai. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
Ayat itu berisi dua dari kata-kata paling sulit bagi seseorang untuk di-hadapi-“menyangkal” dan “salib.” Apabila kita memikirkan penyangkalan kita membayangkan menjauhkan diri dari beberapa kenikmatan selama suatu periode tertentu, sedangkan pada waktu bersamaan, barangkali, mengucapkan selamat kepada diri sendiri mengenai betapa hebatnya apa yang kita lakukan dalam upaya pengendalian diri dan/atau bermurah hati.
Tetapi itu jauh dari apa yang dimaksudkan Yesus dengan “menyangkal.” Inilah sebuah kata yang tajam dan meminta. Seorang pakar mengemukakan bahwa di dalam ayat 24, artinya adalah “melupakan diri sendiri, buta terhadap diri sendiri dan kepentingan diri sendiri .”
Seorang penulis lain menyatakan bahwa “menyangkal diri adalah sesuatu yang lebih dalam” daripada sekadar penyangkalan diri. “Hal itu bukan membuat kita berakhir, tetapi suatu kebaikan di dalam kerajaan Allah. Itulah menempatkan diri lebih yang selalu menuntut, dengan tuntutannya yang nyaring untuk selalu didahulukan, keasikannya dengan ‘Aku’, ‘Saya’ dan ‘milik saya,’ kepedulian terhadap diri sendiri, desakan akan hal-hal yang nyaman dan prestisius; menyangkal diri, bukan demi penolakan akan moral atletik, tetapi demi Kristus, demi meletakkan diri sendiri ke dalam upaya-Nya.”
Dengan demikian, ada perbedaan besar antara penyangkalan diri dan menyangkal diri sendiri. Yang pertama merupakan operasi kecil di permukaan, sedangkan yang ke-dua adalah masalah hati-atau, lebih khusus lagi, suatu perubahan hati.
Di sinilah sebuah tempat di mana kita masing-masing pengikut Yesus perlu menjadi lebih terbuka dan lebih jujur. Yeremia memberitahu kita bahwa “betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu” (Yer. 17.9). Yang terakhir yang hati kita ingin lakukan adalah menyadari bahwa menyangkal diri serta berdiri tegak di tengah kepribadian seorang Kristen yang sungguh.
0 komentar :
Post a Comment