TIDAK SETIAP HARI ADALAH HARI PENUH SEMANGAT ROHANI
“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya Kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya’” (Matius 17:14-16).
Apakah perbedaannya! Pemuliaan Yesus di atas gunung dan “tiga” orang yang menjadi saksi sekelumit surga. Sekarang, waktunya menuruni gunung. Sekilas mereka melihat pertunjukan neraka dalam kehidupan di bawah itu. Dapat dikatakan, mereka turun dan mendapat situasi yang sulit.
Sesungguhnya, justru inilah keadaan yang Petrus akan dihindari ketika di atas gunung dia berkata, “Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah” (Mrk. 9:5). Andaikan saja Petrus bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, maka ia tentu akan tinggal di puncak sana selama-lamanya.
Tetapi Yesus tidak melupakan misi-Nya. Tujuan pemuliaan itu adalah untuk menguatkan-Nya. Dan Dia tiba tepat pada waktunya untuk menghadapi masalah genting. Kesembilan murid itu telah gagal menyembuhkan seorang bocah laki-laki di depan umum, dan para ahli Taurat ramai membincangkannya, menebarkan keragu-raguan, bukan saja mengenai kemampuan para murid itu, tetapi Yesus pun kena imbasnya.
Penghinaan yang dilontarkan kepada para murid itu sangat parah. Pada saat itulah Yesus muncul dan menyembuhkan anak itu. Mengapa mereka gagal? Para murid menanyakan-Nya. Pertanyaan bagus, karena Dia telah “memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat” (Mrk. 6:7). Dan ketika kembali dari misi pertama mereka tanpa Yesus, mereka melaporkan bahwa mereka telah “mengusir banyak setan” (ayat 13). Apakah yang berbeda sekarang? Yang pertama, pengumuman Yesus seminggu sebelumnya bahwa Dia akan ditolak dan mati telah menghancurkan iman mereka. Mereka tidak dapat memberi apa yang tidak mereka miliki. Di samping itu, mungkin sikap mereka buruk, menggerutu mengenai keistimewaan yang diberikan kepada Petrus, Yohanes ,dan Yakobus dengan pergi bersama Yesus sementara mereka ditinggalkan.
Kita tahu bahwa kehidupan berdoa mereka lemah (Mrk. 9:29). Tentu saja, keputusasaan dan ketiadaan berdoa bukanlah tanpa penyebab. Sebagian besar orang berhenti berdoa apabila mereka menjadi putus asa. Tetapi justru itulah saatnya kita butuh lebih banyak berdoa daripada sebelumnya.
Memang menyenangkan kalau kita selalu secara rohani bersemangat di atas gunung bersama dengan Yesus. Tetapi kenyataan dari kehidupan adalah bahwa semangat setinggi gunung biasanya diikuti “tersungkurnya” kita ke dunia nyata. Dan dalam hal itu kita perlu berdoa supaya dapat berhasil dengan baik menjalani kehidupan kita, bahkan jika kita tidak merasa ingin berdoa. Jadi, bagaimana pun, harus berdoalah.
0 komentar :
Post a Comment