Tidak Malu

"Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara” (Ibrani 2:11).

Melalui keajaiban inkarnasi Keilahian Allah tinggal di bumi, dan melalui keajaiban Kebangkitan Yesus yang saat ini telah tinggal dalam kemuliaan. Dua pernyataan Ellen White yang diilhamkan atas kelanjutan kemanusiaan Yesus yaitu: (a) “Kristus telah naik ke surga dalam rupa manusia” (Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 490) dan (b) “Dia menggunakan kemanusiaan-Nya dalam pengadilan surga dan melalui berbagai zaman Dia menanggung itu sebagai Seorang yang telah menebus manusia di dalam kota Allah” (The Seventh-day Adventist Bible Commentary, Ellen G. White Comments, jld. 5, hlm. 1125).

Kristus kembali ke surga tidak hanya menceritakan tentang bagaimana keadaan dunia; Dia tidak kembali hanya melaporkan tentang keadaan kita di dunia. Tentu saja, itu sesuatu yang sangat baik tapi Dia pergi untuk melakukan lebih daripada itu—Dia pergi sama seperti kita. Dia menggunakan identitas kemanusiaan-Nya; Dia tidak pergi untuk membicarakan bahwa Dia terpisah dari kita, tetapi Dia adalah bagian dari kita. Di dunia, Dia adalah “Allah beserta kita,” dan sekarang Dia adalah “Kita bersama Allah.” Di dunia Dia adalah manusia yang tidak bersalah, yang diperhitungkan sebagai orang berdosa; di surga Dia adalah perwakilan manusia yang diperhitungkan dalam Ketuhanan.

Kebanyakan orang yang terhormat menjauhkan diri mereka dari keluarga mereka yang berbuat salah; sedikit orang di suatu negara atau negara-negara maju memiliki hubungan bebas dengan keluarga yang reputasinya tidak baik. Seorang bintang yang terkenal biasanya menjauhkan diri mereka dari hal-hal yang berkaitan dengan kriminal. Seorang yang terkenal cenderung segera melupakan dusun kecil yang terpencil tempat di mana mereka lahir—daerah yang tidak terkenal di mana mereka berasal. Tidak demikian dengan Yesus, Dia ada, di hadapan langit dan alam semesta, di dunia-dunia yang belum jatuh dalam dosa, tetapi memakai identitas kemanusiaan-Nya. Kenyataan yang menyedihkan bahwa, Dia tidak malu untuk dipanggil Saudara kita, namun kita terlalu sering mengalah kepada cobaan untuk ditekan oleh dunia dan oleh kata-kata dan perbuatan, yang memutuskan hubungan kita dengan Dia.

Baru-baru ini saya kembali ke toko mengambil telepon di toko di mana telepon itu diperbaiki. Saya mengalami kerugian cukup besar, telepon itu dapat bergetar dengan pelan, namun tidak berdering. Pegawai toko menjelaskan dengan perlahan-lahan sebelum tiba pada kesimpulan: “Telepon Anda,” dia katakan, “terjebak untuk diam!” dan ada banyak di antara kita yang mengaku mengenal Dia. Kita bergetar lembut sesaat, tapi dirusak oleh gangguan duniawi, ketakutan, dan pengaruh dunia, kita tetap “terjebak untuk diam.” Solusinya? Arahkan penghargaan kita untuk pengorbanan di masa lalu dan sekarang dari Seorang yang pernah hidup untuk berdoa bagi keluarga-Nya di bumi. 

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan