Rabu, 1 November 
Mengapa Kematian?

"Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap" (Pengkhotbah 9:5).

Sebelum dunia jatuh dalam dosa, alam semesta belum mengenal kematian.

Tidak ada waktu dan ruang dalam rencana Allah bahwa alam semesta ini akan hancur atau kehidupan akan berakhir.

Beberapa orang marah terhadap Pencipta sehubungan dengan kematian; mereka mengatakan bahwa kematian itu terlalu berat, terlalu nyata, terlalu kasar dan mengerikan, akibat kesalahan yang kecil dari pasangan pertama—bahwa pada kenyataannya, mereka adalah korban yang tidak sadar adanya musuh ulung, dibutakan dan dikuasai oleh keingintahuan.

Tetapi alasan tersebut melupakan dua fakta penting. Pertama adalah bahwa pohon pengetahuan baik dan jahat diberikan sebagai ujian atas kesetiaan mereka dan bukan suatu cobaan untuk tidak dituruti. Pasangan pertama diberikan kuasa untuk memilih—mereka tidak diciptakan seperti robot, yang dikendalikan menurut keinginan Penciptanya dengan tidak adanya kemungkinan berbuat salah. Dalam bahasa sederhana, mereka telah berdosa, dan dengan berbuat demikian, mereka menjadi teman malaikat yang telah jatuh karena melakukan pemberontakan. Pemberontakan ini bukan terjadi dengan sendirinya atau rasa ingin tahu yang tidak ada salahnya; itu merupakan suatu pemberontakan secara sengaja. Sekarang, bahkan kemudian dosa adalah memilih kegelapan daripada terang, lebih mengasihi diri sendiri daripada kasih pada kehendak Allah; itu adalah pemberontakan dari makhluk ciptaan melawan pencipta-Nya.

Kenyataan kedua adalah bahwa dalam segala bentuk dosa, tidak peduli betapa kecilnya perbuatan dosa itu, tetaplah merusak. Semua dosa sifatnya menular, membuat perlawanan besar kepada Allah, itulah sebabnya berbahaya. Kematian adalah keharusan sebagai akibat dari dosa, karena sifat penularannya yang mematikan, merusak, dan akhirnya menjadi penyakit yang fatal. Menggantikan dosa dengan kematian akan mengabadikan kejahatan—sebagai perusak selamanya di alam semesta.

Dengan berbuat dosa (suatu pilihan yang seharusnya mereka tidak buat) pasangan pertama itu telah menolak Allah untuk sebuah pilihan yang Dia harapkan untuk tidak dibuat—dijatuhkan hukuman mati. Itulah kabar buruk Kabar baiknya adalah kematian itu bukanlah keputusan terakhir; Dia membuat pilihan yang lain—Pribadi yang sangat murah hati yang sulit untuk dimengerti atau dijelaskan oleh pikiran manusia—mengirimkan Anak-Nya untuk menebus kesalahan kita dan memulihkan kehidupan kekal yang telah hilang.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan