Emas Murni

"Aku membaptis 'kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api" (Matius 3:11)

Dengan harga emas dan perak yang melonjak jauh, calon pencari emas mencari cara untuk menjadi kaya. Pertambangan dasar sungai yang mengumpulkan sedimen sering menghasilkan sejumlah kecil emas dan perak yang kemudian dapat mengubahnya menjadi bongkah atau batangan logam-dalam pemurnian primer. Pemurnian sekunder mengacu pada pengumpulan emas atau perak dalam bentuk perhiasan tua, elektronik, tambalan emas, dan hal-hal lain yang menumpuk di laci seseorang.

Pemurnian adalah seni yang kompleks karena begitu banyak langkah untuk dijelaskan di sini. Namun, sebagian besar memurnikan logam berharga meliputi menyuci dengan asam dan membakar dengan suhu tinggi yang mengeluarkan logam dasar, meninggalkan emas dan perak murni.

Sangat mirip, sebagaimana logam dasar dan kotoran tidak bisa hidup berdampingan dengan logam mulia bila dipanaskan hingga suhu tinggi, juga dosa tidak dapat hidup berdampingan di hadapan Allah. Kemuliaan-Nya-Api-Nya langsung menghanguskan dosa. Maleakhi 3:2 mengatakan bahwa Dia seperti api pemurni logam, yaitu, api yang sangat panas. Perak meleleh pada suhu 1,763.2°F (961,8°C) dan emas di 1,947.5°F (1,064.2°C). Zakharia 13:9 menyatakan: “Aku... akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas.” Dan Ibrani 12:29 mengingatkan kita bahwa “Allah kita adalah api yang menghanguskan.“ Sekarang, yang membuat saya bertanya-tanya, apakah dalam cara simbolik Sadrakh, Mesakh, dan Abednego masuk ke dalam api, bergabung dengan Allah, namun ketiganya tidak terbakar? Mereka ada di sana di hadapan Allah dan tidak terbakar. Api Nebukadnezar mungkin hanya insidental. Karena mereka bertiga benar di hadapan-Nya, mereka bisa masuk ke dalam api dan keluar sebagai emas murni. Apakah ada hubungannya di sini?

Saya harus bertanya kepada diri sendiri, mengapa saya begitu gigih berpegang teguh pada dosa. Jika dosa secara otomatis akan hancur oleh kehadiran Allah, maka bisa dipastikan bahwa apa pun yang menempel pada dosa akan diberantas juga. Itulah sebabnya Yesus memperingatkan: “Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal” (Mat. 18:8). Yesus tidak, tentu saja tidak, merekomendasikan amputasi, tetapi menggunakan gambaran untuk menekankan pentingnya pemisahan dari dosa.

Tuhan dan Pemurni saya, taruhlah saya dalam bak asam melalui cobaan sehari-hari dan api kesulitan jika itu diperlukan untuk memurnikan saya.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan