Wawaiah*

"Aku berkata kepadamu:'Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau'" (Yesaya 41:9).

   Kenangan awal kehidupan saya melibatkan Wawaiah, yang berdiri tersenyum dengan daun telinga besar, mengantisipasi setiap kebutuhan saya, dan dengan cepat bertindak untuk membantu. Saya adalah anak misionaris yang dibesarkan di Etiopia. Wawaiah adalah pembantu kami, seorang hamba dalam arti kata sebenarya. Orangtua saya telah memilihnya untuk bekerja bagi kami. Dia sudah remaja pada saat itu. Tidak berpendidikan, sangat miskin, agak kurus, pakaian lusuh, tapi pintar dan baik hati, Wawaiah tampaknya secara alamiah tahu apa artinya-melayani. 
   Ketika keluarga misionaris kami masuk dalam kehidupannya di Gimbie, hidupnya pun berubah. Bagi Wawaiah, semuanya adalah keluarga misionaris dengan dua anak laki-laki kecil yang ia layani, dan melakukan pekerjaannya, dengan gaya dan sorbannya. Dia sepertinya selalu hadir dan siap untuk membantu. Saya mengingat bahwa dia selalu memerhatikan kami dengan sungguh-sungguh, dan mendengarkan dengan seksama. Keinginan kami yang terkecil pun adalah perintah baginya, dan ia segera melakukannya. Wawaiah sangat senang melayani dengan baik. Itu menjadi hidupnya. Dan hubungannya dengan kami membuat perbedaan besar dalam hidupnya maupun dalam hidup kami. 
   Keluarga saya merawat Wawaiah. Dia tidak lagi harus bertanya-tanya dari mana makanan berikutnya akan datang, atau di mana ia akan tidur. Kini dia berpenampilan baik, sehat, dan berhasil menurut pandangan desanya. Saat ia melayani dengan murah hati, orangtua saya menyambutnya dangan baik. 
   Menurut Yesaya, Tuhan memilih saya untuk melayani-Nya. Persamaannya sangat dekat. Sebelum Allah datang ke dalam hidup saya, tadinya saya miskin, melarat, buta rohani, dan telanjang. Allah memilih saya menjadi hamba-Nya. Saya menganggap bahwa itu adalah hak istimewa dan kehormatan besar. Tiba—tiba fokus saya bukan lagi pada diri saya, melainkan bagaimana saya, sebagai hamba-Nya, dapat melayani Tuhan. 
   Jika saya belajar segala sesuatu dati Wawaiah, saya juga harus selalu waspada terhadap panggilan-Nya bagi saya, untuk tetap dalam tugas. Petunjuk bagi pekerjaan saya adalah membaca Firman—Nya dan mendengarkan dengan cermat Suara-Nya dalam hati saya. Kemudian secara otomatis berkata, "Ya Tuhanku, jadilah seperti yang Engkau inginkan bagiku." Yesaya melanjutkan dalam ayat 10, Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan? 
Pencipta dan Raja, terima kasih karena telah memilih saya untuk melayani-Mu. Terima kasih karena menguatkan, menolong, dan mengangkat saya dalam pelayanan ini.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan