Kayu Manis

"Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin. Haruslah kau buat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus" (Keluaran 30:22-25).

Hari ini marilah kita menyembah Dia yang membuat kayu manis, rempah-rempah menakjubkan yang kita sukai dalam keadaan hangat, begitu keluar dari oven gulungan kayu manis atau dalam kari oriental. Kayu manis segar rasanya manis, hangat, dan pedas, terutama karena tiga minyak esensial yang dibuat oleh kulit bagian dalam dari puluhan spesies semak tropis dan pohon-pohon dalam keluarga laurel ini. Suatu tanaman yang tampaknya melakukan yang terbaik memiliki nama ilmiah Cinnamomum zeylanicum, yang berarti "kayu manis dari Pulau Ceylon [sekarang dikenal sebagai Sri Lanka]." Terbaik kedua terkait erat dengan Cinnamomum cassia, yang menghasilkan minyak esensial lebih sedikit daripada kayu manis. Minyak esensial dalam kulit kayu manis memberikan rasa dan aroma yang enak bagi pencicip masakan dan pembuat parfum yang memanfaatkannya untuk menggoda penciuman dan membangkitkan selera. Namun kayu manis tidak hanya untuk penyedap makanan dan minuman atau menyediakan bahan dasar parfum yang tahan lama. Dari zaman dulu, orang telah menggunakannya sebagai pengawet. Misalnya, Mesir menggunakan kayu manis dan rempah-rempah lainnya untuk membalsem orang yang mati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa minyak kayu manis dan fitokimia lainnya termasuk juga sebagai obat yang berkualitas.

Alkitab menyebutkan kayu manis hanya empat kali. Yang pertama muncul dalam Keluaran 30:23, ketika Allah memberikan resep untuk membuat minyak urapan yang kudus kepada Musa. Musa menggunakannya untuk pengurapan kemah pertemuan, perabotan, dan peralatan kudus lainnya. Begitu diurapi, barang-barang dan tempat-tempat itu menjadi suci dan “mahasuci.” Apa pun yang menyentuhnya menjadi suci. Tuhan juga memerintahkan Musa mengurapi Harun dan anak-anaknya untuk melakukan pekerjaan suci. Mari dan pikirkanlah, saya juga menginginkan pengurapan yang akan membuat saya suci: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef. 1:4).

Tuhan, setiap kali saya merasa atau mencium aroma kayu manis, biarlah itu mengingatkan saya bahwa Engkau telah memilih saya menjadi kudus dan hidup saya bisa menjadi aroma harum yang menyenangkan bagi-Mu.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan