Renungan Harian Pagi Minggu, 2 Agustus 2015

Kukuruyuk

“Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan."Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam” (Lukas 22:60).

Saya mengingat ketika masih sangat pagi, kami terbangun karena mendengar tiga atau empat ayam jantan yang masing-masing berusaha mengalahkan yang lain dengan berkokok nyaring di luar jendela kamar tidur kami. Malam sebelumnya ketika kami tiba dalam kunjungan itu, semua ayam pasti di kandang. Damai dan tenang, tapi hal itu kemudian terjadi. Tidak bisa tidur saat pagi yang hiruk pikuk itu.

Namun mengapa ayam berkokok? Perkiraan terbaik adalah bahwa, seperti burung lainnya, ayam sangat teritorial. Jantan seringkah paling aktif untuk menandai dan mempertahankan wilayah. Cara burung melakukannya adalah dengan suaranya, memperlihatkan diri, dan dalam hal ini memiliki perilaku agresif, berkokok, mondar-mandir atau berdansa waltz, dan menyabung. Mereka yang memelihara ayam tahu bahwa ayam jantan sering berkokok setiap saat, siang atau malam. Berapa banyak dan kapan biasanya tergantung pada berbagai gene-tik unggas, temperamen pribadinya, dan kualitas sarangnya. Ayam jantan yang memiliki sarang yang terang dan sarang yang terisolasi suara dilaporkan kurang terganggu pada malam hari, yang memberikan kontribusi kepada lingkungan yang jauh lebih tenang pada malam hari dan tetangga menjadi senang. Hampir mustahil mengabaikan kokok ayam jantan yang terus-menerus di pagi hari saat bangun pagi hari, kerena ayam akan mewartakan kepada dunia siapa yang jadi | bos. Intensitas suara ayam jantan berkokok lebih dari 80 desibel. Yaitu hampir sama dengan suara lalu lintas yang Anda dengar jika Anda tinggal tepat di samping jalan yang ramai.

Ketika Petrus mendengar ayam berkokok untuk ketiga kalinya pada awal Jumat pagi itu, ia tidak menyangka, ayam itu teritorial, atau suara ayam itu pasti keras. Kuruyuk yang keras mengumumkan kegagalan terbesarnya. Hanya beberapa jam sebelumnya, dia telah meyakinkan komitmen dan pengabdiannya kepada

Yesus. Tapi penolakan masih ada di bibirnya ketika ayam jantan pengingat itu menghadapkannya dengan realitas yang telah dilakukannya. Yesus langsung memandang ke arahnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati Petrus. Kalau dipikir-pikir, total tingkat kegagalan saya jauh lebih tinggi daripada Petrus. Apakah itu menghancurkan hati saya ketika saya menyadari bahwa saya telah gagal untuk menindaklanjuti janji-janji yang saya telah janjikan bagi Tuhan dan Juruselamat? Ketika saya mengandalkan kemampuan saya sendiri, kekuatan saya sendiri, tekad saya sendiri, kepercayaan bodoh diri saya sendiri, maka saya yakin gagal. Tapi ketika saya menerima undangan Yesus untuk waspada dan berdoa, maka kekuatan-Nya memberikan kemenangan.

Tuhan, berikan saya karunia pertobatan. Yakinkanlah saya dengan kasih-Mu. Semoga saya diikat erat pada rangkulan-Mu yang mengampuni.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan