Kebenaran Orang Benar
Bacalah Amsal l2 dan fokus pada tema kata—kata, khususnya dalam konteks menyatakan kebenaran atau menyatakan dusta. Apakah pekabaran yang kita temukan tentang kejujuran dan kebohongan?
Filsuf Sissela Bok secara meyakinkan telah menunjukkan bagaimana kebohongan bisa berbahaya bagi masyarakat. Ia menulis: "Sebuah masyarakat, yang anggota-anggotanya tidak mampu untuk membedakan pesan yang jujur dari yang menipu, maka akan runtuh."Lying: Moral Choice in Public and Private Life (New York: Pantheon Books, l978), hlm. 19. Demikian juga, Augustine, sebagaimana dikutip dalam pendahuluan buku Sissela Bok, mencatat bahwa: "Bila berkaitan dengan kebenaran telah rusak atau bahkan sedikit melemah, segala sesuatu akan tetap meragukan." --hlm. xv Ellen G. White menuliskan: “Bibir dusta adalah kekejian bagi—Nya.
Dia menyatakan bahwa ke dalam kota suci 'tidak ada yang tak berhikmat masuk... apapun yang najis, juga pekerjaan kekejian apa pun, atau berbuat dusta.’ Biarlah pemberitaan kebenaran dipertahankan bukan dengan tangan yang longgar atau pegangan yang tidak pasti. Biarlah itu menjadi bagian kehidupan. Bermain cepat dan tidak sesuai dengan kebenaran menyembunyikan sesuai rencana seseorang yang mementingkan diri, berarti Iman karam .... Dia yang mengucapkan kebohongan menjual jiwanya di pasar yang rendah. Kebohongannya mungkin tampak membantu dalam keadaan darurat; Ia mungkin tampaknya membuat bisnis bacaalan maju yang ia tidak bisa peroleh melalui perdagangan yang jujur; tetapi ia akhirnya sampai pada tempat di mana ia tidak dapat mempercayai siapa pun. Dirinya sendiri adalah penipu. ia tidak memliki keyakinan pada kata—kata orang lain. My Life Today, hlm. 33l.
Ketika kita berpikir betapa berkuasanya kata-kata, kita juga harus berpikir tentang kebohongan, karena sebagian besar kebohongan disampalkan dengan kata—kata. Siapakah yang tidak merasakan sengatan, pengkhianatan, perasaan cemar ketika berbohong? Tidaklah sulit untuk membayangkan sebuah masyarakat yang jatuh ke dalam kekacauan menyeluruh ketika dusta adalah sebuah norma bukan penyimpangan dari sebuah norma. Ada sudut pandang yang lain juga: Akibat dusta pada pihak yang berdusta. Beberapa orang begitu terbiasa dengan praktik yang tidak mengganggu mereka; namun banyak orang. merasakan rasa bersalah, malu, ketika mereka berbohong. Itu baik bagi mereka, karena Itu berarti masih ada penerimaan terhadap Roh Kudus. Walau demikian, bayangkan bahaya bagi orang yang berbohong yaitu tidak pernah berpikir dua kali untuk berbohong.
Ketika kita berpikir betapa berkuasanya kata-kata, kita juga harus berpikir tentang kebohongan, karena sebagian besar kebohongan disampalkan dengan kata—kata. Siapakah yang tidak merasakan sengatan, pengkhianatan, perasaan cemar ketika berbohong? Tidaklah sulit untuk membayangkan sebuah masyarakat yang jatuh ke dalam kekacauan menyeluruh ketika dusta adalah sebuah norma bukan penyimpangan dari sebuah norma. Ada sudut pandang yang lain juga: Akibat dusta pada pihak yang berdusta. Beberapa orang begitu terbiasa dengan praktik yang tidak mengganggu mereka; namun banyak orang. merasakan rasa bersalah, malu, ketika mereka berbohong. Itu baik bagi mereka, karena Itu berarti masih ada penerimaan terhadap Roh Kudus. Walau demikian, bayangkan bahaya bagi orang yang berbohong yaitu tidak pernah berpikir dua kali untuk berbohong.
Kapankah terakhlr kali Anda berbohong? Bagaimanakah perasaan Anda ketika Anda melakukannya?