Sayap Berbulu Kelelawar

“TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu’ (Mazmur 121:7).

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana kelelawar bisa terbang dengan presisi tinggi? Setelah menghabiskan waktu menonton video gerak lambat cara terbang kelelawar, saya kagum. Sebagai satu-satunya mamalia yang mampu terbang, kelelawar tidak memiliki bulu atau ekor panjang yang menstabilkan seperti halnya burung. Sebaliknya, sayap kelelawar terdiri dari membran tipis yang membentang dari bahu ke bahu melalui ekornya. Dari bahu, membran memanjang sepanjang tulang lengan, pada sekitar tulang jari panjang yang halus, lalu turun ke ekor. Lemahnya kaki belakang memberikan tambahan untuk membran sayap yang berkelanjutan, menghubungkan kedua kaki belakang dan menyertakan ekor yang kecil. Saat saya melihat kelelawar terbang, sebagian besar gerakan berada pada jari yang kurus. Gerakan lengan yang lebih sedikit dibandingkan dengan gerakan tangan fluida akan menghasilkan daya angkat dan dorong yang lebih banyak. Video gerak lambat sebuah manuver kelelawar dalam ruang yang sempit menunjukkan prestasi aerobatik yang sulit dipercaya termasuk belokan tajam, menukik ke atas dan ke bawah, dan penguasaan ruang serta pemulihan. Kemudian ada pendaratan yang luar biasa yaitu tergantung terbalik dan mencengkeram langit-langit dengan kaki belakangnya. Kompleksitas penerbangan kelelawar tampaknya bawaan lahir (mekanisme yang tertanam) karena kelelawar yang masih sangat muda tidak menggunakan banyak waktu untuk berlatih terbang seperti itu-kelelawar hanya lepas landas dari posisi tergantung mereka yang terbalik.

Susanne Sterbing D’Angelo adalah ahli saraf di Universitas Maryland di College Park mempunyai keinginan yang kuat untuk mempelajari sistem kontrol cara terbang kelelawar. Pada 21 Juni 2011, edisi daring Prosiding National Academy of Sciences menegaskan hipotesis bahwa susunan yang sebelumnya ditemukan pada rambut mikroskopis di sayap berselaput berbulu tipis menyediakan informasi pengaturan penerbangan. Percobaannya melibatkan penemuan daerah kontrol penerbangan pada otak yang terhubung ke rambut-rambut ini, dengan lembut mengisap udara ke sayap mereka, lalu ke daerah otak, kemudian mengeluarkannya pada rambut kelelawar dan mencatat bahwa hal itu memengaruhi perilaku terbangnya. Semua bukti mengarah pada kesimpulan bahwa kelelawar mendapatkan data tekanan udara dari masing-masing sensor sayap mikroskopis. Sistem kontrol kelelawar fly-by-wire (sistem pengendalian pesawat secara otomatis) rupanya menggunakan data ini untuk mengantisipasi belokan, menukik, dan berputar melalui sedikit perubahan dalam posisi dan kekuatan sayap serta sudut bawah sayap untuk menghindari tabrakan selama tikungan tajam.

Tuhan, kenapa saya kadang-kadang resah dan khawatir karena semuanya tampaknya tidak terjadi seperti yang saya inginkan? Kiranya saya bisa mengingat bahwa Engkau mengetahui semua secara detail.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan