Hidup oleh Iman 


        SABAT PETANG UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: AMS. 28:4, 7, 9; ROMA 1:16, 17;GAL. 3:24; AMS. 28:5; 1 YOH. 2:15-17; AMS. 29:13. AYAT HAFALAN: ”Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi” (Amsal 29:25). Begitu banyak suara yang berteriak kepada kita dari banyak arah. Bagaimanakah orang mengetahui apa yang benar dan apa yang salah? Jawabannya ditemukan di dalam Allah dan wahyu-Nya yang tertulis. Kita harus belajar untuk mengandalkan Allah dan menuruti hukum-Nya. Kemudian sisanya akan mengikut dengan sendirinya. Yesus menyampaikan ini kepada kita ketika Ia berkata untuk “carilah dahulu kerajaan Allah,” dan kemudian semua yang kita butuhkan akan diberikan (Mat. 6:33). Kita harus menjadikan kepercayaan dan mengikut Allah sebagai prioritas pertama kita; jika tidak, kita akan menjadikan yang lainnya itu prioritas, yang adalah penyembahan berhala, teori dan yang biasa. Dan kita bisa belajar untuk memercayai Allah hanya oleh menghidupkan kehidupan iman. Perjalanan Kristen hanyalah itu saja, berjalan; kita harus membuat pilihan-pilihan untuk melakukan hal-hal yang Tuhan telah perintahkan kepada kita agar dilakukan, dan kemudian membiarkan konsekuensi-konsekuensinya kepada-Nya. *Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 14 Maret.
         Memelihara Hukum Dari antara l3 kemunculan kata Torah - “hukum” atau “pengajaran” - dalam kitab Amsal, empat di antaranya ada di Amsal 28 (ayat 4 [dua kali], 7, 9). Meskipun penggunaan ini dalam Amsal berlaku normal kepada “pengajaran” orang berhikmat (Ams. 13:14), dalam tradisi orang Israel kata tersebut memiliki konotasi rohani dan merujuk kepada ilham Ilahi, seperti yang dibuktikan dalam kitab Amsal itu sendiri.(Ams. 29:18). Bacalah Amsal 28:4, 7, dan 9.
       Apakah yang ayat-ayat ini nyatakan kepada kita tentang pentingnya hukum dalam cara kita hidup? Apa yang membuat orang Israel berbeda dari bangsa-bangsa lain bukanlah cara berpikir mereka, atau bahkan pandangan “rohani” dan teologis abstrak mereka. Itu adalah pilihan-pilihan konkret mereka dalam hidup, antara lain, tantang makanan, istirahat, lingkungan alam, dan hubungan mereka dengan tetangga dan keluarga yang membuat mereka “kudus,” atau “diasingkan” dari semua bangsa-bangsa lain. Dan idealnya, pilihan-pilihan tersebut berpusat pada hukum dan prinsip-prinsip yang ditemukan di dalamnya. Bagaimana pun juga, manusia tidak bisa oleh dirinya sendiri menjadi berhikmat; kita bahkan tidak selalu bisa membedakan antara yang baik dan jahat (1 Kor. 3:9). Jadi, kita perlu hukum Ilahi untuk menolong kita memperoleh kearifan.
       Dengan kata lain, perolehan hikmat tidak bergantung pada intelektual atau pengalaman rohani; melainkan pada dasarnya berkaitan dengan penurutan kepada hukum yang berada di luar diri kita, budaya kita, kejiwaan kita, dan keinginan kita. Hukum ini, tentu saja, hukum abadi Allah. Dan menuruti hukum itu sesungguhnya adalah sebuah tindakan iman. “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, sebab ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman’” (Rm. 1:16, 17). Apakah kesulitan dan masalah yang Anda telah hindari karena Anda telah membuat sebuah komitmen oleh iman untuk memelihara perintah Allah? Betapa berbedanyakah hidup Anda jika Anda tidak memeliharanya?
Percakapan Obrolan Berakhir

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan