Kamera Sarang

“Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14).

      Saat saya menikmati sarapan bersama istri saya dalam percakapan yang santai, kami berdua tetap memerhatikan layar laptop. Kebiasaan waktu makan kami akhir-akhir ini adalah mengamati sarang burung hantu sehingga kami dapat mengikuti perkembangannya. Jam demi jam Molly atau Mc Gee (beberapa induk burung hantu tua di gudang diberi nama seperti itu) dengan sabar bertengger di sarang. Kami pun menyaksikan telur pertama burung hantu itu menetas, secara perlahan dan bertahap terdorong keluar dari dalam cangkang telur, dan kepala kecil muncul, diberi makan, dan bertumbuh. Sementara itu, secara teratur seperti terjadwal, dua hari berikutnya selama seminggu, telur yang lain menetas, tampak mulut lain terbuka untuk diberi makan. Bulu—bulu kelinci dan rumput halus yang dikumpulkan sang induk mengisi sarang itu. Bahkan; sementara kami memerhatikannya, Molly berdiri, dengan tangkas mencengkeram bangkai kelinci yang tidak utuh lagi di dakar kakinya diambil dari sudut kotak. 
     Anak—anak burung hantu yang lemah bermata besar rabun dengan paruh besar yang aneh itu mulai bersuara dengan ciapan kelaparan. Masih bertengger di sekitar anak—anaknya, Molly menempatkan cakarnya ke bangkai, mencengkram dengan baik, kemudian beberapa saat mengambil ukuran yang tepat bagi anaknya. Sementara kepalanya naik, kepala kecil muncul tepat di bawah paruh Molly, sehingga mudah baginya untuk memberikan potongan makanan kecil untuk anak-anak burung itu sebelum induknya merobek potongan yang lain. Saya suka teknologi kamera sarang. Saya tentu sudah pernah menggunakannya tahun lalu ketika saya selama berminggu-minggu berada di tengah hujan, angin, dan panas matahari untuk melakukan penelitian tentang sarang dengan cara kuno. 
      Apa yang menakjubkan sejak dulu dan sekarang adalah kesabaran, perhatian, dan komitmen sang induk burung. ( Versi lain dan komentar untuk Mazmur 27:14 sangat jelas untuk meminta kita menunggu Tuhan dengan sabar. Sama seperti perhatian seorang pelayan di restoran kelas atas yang melayani pelanggan mereka, seperti induk burung yang benar-benar terfokus untuk merawat anak—anaknya, maka kita diminta untuk menantikan Tuhan dengan melayani Dia dalam sukacita. Marilah memikirkan hal itu, suatu kehormatan yang besar untuk melayani Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan, Pencipta segala sesuatu. Marilah kita menyembah Dia dengan memenuhi setiap keinginan-Nya bagi kita hari ini.
    Tuhan, apakah yang Engkau ingin saya lakukan bagi-Mu hari ini? Bagaimanakah saya dengan baik bisa melayani Engkau? Ajarilah saya memantikan—Mu dengan saban benar-benar terfokus kepada tugas yamng Engkau berikun bagi saya.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan