Burung Wood Thrush

"Dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, memuji-muji Engkau sepanjang hari" (Mazmur 35:28).

       Mungkin peristiwa itu di bulan Februari, pada satu pagi yang khas saat musim panas di barat daya Michigan, yang sering terngiang di pikiran saya. Pohon maple besar dekat rumah kami sekan menantang intrusi cahaya abu-abu fajar, satu jam atau lebih sebelum matahari terbit. Kicauan nyaring burung pelatuk mengisi udara, tetapi kicauan burung yang membangunkan saya setiap pagi adalah lagu indah oleh jenis burung wood thrush yang selalu terbayang. 
     Meskipun saya jarang melihat burung yang tersembunyi itu, saya menikmati kicauan serulingnya seperti suara yodel setiap pagi dan malam ketika suasana hutan menjelang gelap dan sunyi. Jika Anda berjalan-jalan pagi atau sore di dalam atau dekat hutan gelap mana pun di timur Sungai Mississippi, Anda bisa saja tidak menemukan burung robin besar, tetapi Anda akan mendengar lagu melodinya yang nyaring, jelas, dan merdu. Musim gugur yang lalu, ahli kicau burung dunia Don Kroodsma mengunjungi barat daya Michigan dan memberi beberapa ceramah yang menarik. 
      Saya belajar bahwa, seperti banyak burung, wood thrush memiliki dua kotak suara. Tapi itu membuat saya seolah berhenti bernapas ketika ia memperdengarkan rekaman suara wood thrush yang sering terdengar, dengan kecepatan sangat lambat tanpa mengubah oktafnya. Kami semua mendengarkan di auditorium suara chirrrr serali di akhir kicauan lagu merdu yang diubah menjadi duet melodi. Dengan menggunakan kedua suara kotak tersebut secara bersamaan, wood thrush memodulasi suara yang datang dari setiap kotak suara secara terpisah. Naik dan turunnya peluit yang berasal dari dua kotak suara yang selaras menjadi perpaduan yang indah. Mendengar konser pujian dari salah satu ciptaan kecil milik Allah membuat saya ingin bergabung dalam pujian tersebut. 
      Kita tahu bahwa burung dapat melihat jauh lebih baik daripada manusia. Artinya, burung dapat melihat detail yang lebih baik (resolusi) daripada mata manusia. Rupanya burung dapat mendengar jauh lebih baik juga. Kroodsma menunjukkan bukti bahwa burung dapat merasakan aspek yang rumit dari lagu-lagu yang dikicaukannya. Ketika ia membandingkan rekaman burung remaja dengan burung yang sama di akhir musim, kicauan lagunya mengalami perubahan dramatis. Rekaman awal seperti suara bayi berceloteh dengan elemen lagu yang urutannya tak beraturan. Kemudian rekaman pada burung yang sama menunjukkan bahwa proses latihan telah mengubah kicauan lagunya. Hal ini jauh lebih mirip dengan suara yang lebih tua, burung dewasa yang sudah terlatih.
     Tuhan, jika burung menghabiskan begitu banyak waktu untuk melatih kicauan lagu-lagunya, bagaimana saya harus lebih menyatakan Engkau jika saya belajar mengasihi sesama?

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan